Selasa, 07 Oktober 2014

Diam


Ada pepatah yang mengatakan bahwa diam itu emas. Dan untuk mendapatkan sebutir emas, harus ada usaha untuk merengkuh. Tidak semata-mata dipungut begitu saja seperti bunga rapuh. Namun dengan segenap tenaga, ribuan peluh yang terjatuh, atau bahkan kulit yang melepuh. Begitupun dengan diam. Bagi kebanyakan orang, diam itu mudah. Namun bagi segelintir orang yang sedang jatuh cinta, diam itu emas. Butuh usaha besar untuk diam dan usaha yang lebih besar lagi untuk mendiamkan hati yang selalu bicara. Tak selamanya usaha itu mudah. Seperti mencari emas, butuh ribuan peluh terjatuh atau bahkan kulit yang melepuh. Terkadang didiamkan saat jatuh cinta sangatlah menyiksa. Kau lihat aku diam, namun sesungguhnya dalam hati ini ingar-bingar. Terus mendengungkan satu nama ynag diiringi puluhan tanya. Dan sedihnya, terkadang kita harus diam ketika kita mencintai seseorang. Kita harus diam karena mungkin saja ia tidak siap jatuh cinta. Dan seiring berjalannya waktu barulah kita dapat mencintainya sedikit demi sedikit sesuai porsinya. Karena lagi-lagi mungkin saja ia belum siap apabila kita memberikan seluruh cinta kita padanya. Karena hatinya adalah wadah terbatas yang hanya mampu menampung percik demi percik cinta yang kualirkan. Dan lagi-lagi, aku harus diam. Kembali diam hingga ia membeli wadah baru yang lebih besar untuk kuisi kembali.

Oleh karena itu, aku mencoba bersahabat dengan diam. Berusaha diam meski hati terus berteriak. Berusaha diam meski sakit dan lelah. Berusaha diam hingga dia tak juga diam. Dan dalam diam, diam-diam aku berharap, maukah kau membuka sedikit hatimu untuk berbicara?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar