Senin, 06 Februari 2012

Senja Di Kota


Orang bilang, tidak ada manusia yang sempurna. Tidak ada suatu hal yang benar-benar sempurna. Saya hampir setuju dengan hal ini. Hingga suatu hari, di sebuah sore yang jingga, saya menatap langit, dan menatap dia. Saya kembali memikirkan tentang kesempurnaan.

Apa sih yang kalian anggap sempurna? Buat saya, sempurna adalah sebuah kata yang sarat akan unsur subjektivitas. Apa yang sempurna untuk saya, belum tentu sempurna untuk kamu. Dan apa yang sempurna untuk kamu, belum tentu sempurna untuk dia. Begitu seterusnya. Sehingga, ada hal yang sempurna di dunia ini. Yaitu, apapun yang kita yakini bahwa ia sempurna, ialah sempurna.
Dan bagi saya, kesempurnaan itu bukan tidak ada. Ia hanya bersembunyi. Di balik jingga yang memiuh hati. Di balik beton-beton dan besi bangunan. Di balik telapak tangan kita yang bersatu. 
Tak butuh suatu hal yang muluk-muluk. Saat ini, saya berdiri sendiri menatap langit sore yang sangat indah. Dan saya menyadari bahwa kita sedang berada di bawah langit yang sama. Jingga yang sama. Apakah kau menatap langit juga?

Kesempurnaan untuk saya adalah, ketika saya mengetahui bahwa kau masih ada. Meski telapak tanganmu tak ada dalam genggamanku. Meski kepalamu tak ada di sisi bahuku. Meski lingkar tanganmu tak ada di selisik leherku. Tapi kau masih ada. Seperti jingga dalam senja. Begitu nyata dan indah. 

Dan langit tak selamanya jingga. Malam kan menggantikannya. Begitu juga dengan kau.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar